Rabu, 17 April 2013

ASKEP BLIGHTED OVUM


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP  TEORI  BLIGHTED  OVUM
1. Pengertian
a.    Blighted  Ovum  (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
b.    Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung kehamilan berkembang di dalam rahim, namun kantung kosong dan tidak mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.
c.    Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, tetapi embrio tidak berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak embrio itu sendiri.
d.   Blighted  ovum adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal) 
e.    Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blightedovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentang kehamilannya.

2. Etiologi
a.       Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas seltelur yang tidak bagus).
b.      Blighted ovum merupakan penyebab  sekitar 50%  keguguran trimester  pertama dan biasanya merupakan akibat dari masalah kromosom. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tidak  mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel abnormal, atau kualitas sperma yang buruk atau telur.
c.       Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan  penyakit  diabetes dapat  ikut  menyebabkan terjadinya blighted ovum.
d.      Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted ovum.
e.       Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes  melitus yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan kosong.
f.       Sekitar 60%  blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Tubuh ibu mengenali adanya kromosom yang abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang  menjadi bayi normal yang sehat.  Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau  kualitas sperma atau telur yang kurang baik. Infeksi TORCH dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol,  rendahnya  kadar beta HCG  serta faktor  imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.

 3. Patogenensis
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya  hal ini disebabkan  Plasenta menghasilkan hormone  HCG  (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat  hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon  HCG yang  menyebabkan  munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.






4. Manifestasi Klinis
a.    Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
b.    Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif 
c.    Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
d.   Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
e.          Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :
1)      Periode menstruasi terlambat
2)      Kram perut
3)      Minor vagina atau bercak perdarahan
4)      Tes kehamilan positif pada saat gejala
5)      Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
6)      Hampir sama dengan kehamilan normal
7)      Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat)
8)      Tidak sengaja ditemukan dengan USG

5. Diagnosa
a.       Anamnesis (tanda - tanda kehamilan)
b.      Pemeriksaan fisik 
c.       Diagnosis pasti dengan pemeriksaan penunjang  (USG) Diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan  tampak, adanya  kantung  kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.

Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Karena gejalanya yang tidak spesifik, makabiasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimanamuncul keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil,dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.

6. Penatalaksanaan
Jika telah di diagnosis blighted  ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya . Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan  program imunoterapi sehingga kelak dapat  hamil sungguhan. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan  konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi. Tidak perlu menunggu sangat lama.Umumnya sel telur blighted adalah kejadian acak dan kemungkinan pengulangan cukup kurang.

7. Pencegahan
a.       Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.
b.      Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH,  imunisasi rubella pada wanita yang hendak  hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,  menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Tanggal            :  tanggal dilakukan
Pengkajian Jam                     :  jam dilakukan
Pengkajian Tempat             :  tempat dilakukan poengkajian

A.          Data Subyektif 
1)             Biodata
Nama Istri / Suami                              : Untuk mengetahui  identitas.
Umur                                                     : Untuk mengetahui umur pasien, menentukan konseling dan resiko.  
Agama                                                  : Untuk memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan dalam memberikan asuhan
Pendidikan                                           : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan
Pekerjaan                                              : Untuk menggetahui status ekonomi dan aktifitas ibu.
Alamat                                                  : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien sehingga memudahkan kunjungan rumah.

2)             Keluhan Utama
Apa yang dikeluhkan pasien saat pengkajian :
·             Pada kasus blighted ovum kemungkinan mengalami kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
·             Keluhan padaTrimester I             : Chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada kehamilan 12-14 minggu) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.

3)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk mengetahui apakah klien pernah atau tidak pernah menderita penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (DM, HT, asma, dll) serta serta penyakit infeksi seperti TORCH.
·      Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikutmenyebabkan terjadinya blighted ovum.

4)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui bagaimana  keadaan kesehatan klien saat  ini, apakah klien sedang menderita menular (seperti TBC, kusta),   penyakit menurun (jantung, Diabetes,hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti TORCH.
·      Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikutmenyebabkan terjadinya blighted ovum.

5)      Riwayat Kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya/ keluarga suaminya ada atau tidak yang mempunyai penyakit menurun (seperti DM, HT, asma, dll), penyakit menular(TBC, Kusta) serta ada atau tidak yang mempunyai keturunan kembar, bila ada siapa. Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga yang dapat menurunatau menular pada ibu sehingga mempengaruhi masa kehamilan.

6)      Riwayat Pernikahan
Menikah                      :           kali
Umur pertama menikah     :              tahun
Lama menikah                     :              tahun

Ditanyakan  kawin berapa kali, umur/ lama perkawinan, jarak  perkawinan dengan kehamilan,  perkawinan pada masyarakat  pedesaan sering terjadi pada usia muda,yaitu sekitar  usia menarche  resiko melahirkan BBLR sekitar  2 kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan  ibunya sendiri yang  masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Semua ini akan menyebabkan kebanyakan wanita di negara berkembang mempunyai TB yang pendek.

7)      Riwayat Menstruasi
Ditanyakan  kapan pertama kali klien mendapat haid (menarche), apakah haidnya teratur atau tidak, berapa hari siklus haidnya, berapa lama haidnya, berapa banyak darah haid yang keluar selama haid, bagaimana warna darah haidnya, bagaimanabaunya dan konsistensinya. Juga ditanyakan keluhan apa saja yang dialami klien saathaid. Apakah dismenorhoe, bila ya, kapan : apakah klien saat haid, apakah dismenorhoe, bila ya, kapan : apakah klien pernah mengalami flour albus, bila ya kapan, bagaimana warna flour albus, apakah berbau atau gatal, bagaimana konsistensinya dan jumlahnya. Menarche sekitar umur 13-16 tahun Siklus 28-30 hari Lama 3-5 hari Jumlah + 50 cc.

8)      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
·           Untuk mengetahui adakah penyulit-penyulit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kelainan pada masa kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
·           Riwayat kehamilan sebelumnya
ü  Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah caesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau vorseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilannya, preeklampsi/ eklampsia, perdarahan pasca persalinan)?
ü  Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
ü  Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/ persalinansebelumnya?

9)      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas sekarang
·         Kehamilan
Apakah selama hamil ada penyakit yang menyertai kehamilan seperti hipertensi, anemia , penyakit jantung, asma, TBC,  kencing manis.adakah masalah yangdiderita ibu selama hamil, misalnya hiperemesis gravidarum yang dapatmenyebabkan anemia. Frekuensi ibu ANC ditangani oleh tenaga kesehatan, obat atau vitamin yang dikonsumsi ibu saat hamil
·         Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
·         Persalinan
Ibu melahirkan tanggal dan jam berapa, pada usia kehamilan berapa, dimana,ditolong oleh siapa, jenis kelamin anaknya, berat dan panjangnya, spontan ataut indakan, anak lahir langsung menangis atau tidak, adakah penyulit selama proses persalinan seperti inersia uteri, tetania uteri, perdarahan atau KPD
·      Nifas
Bagaimana keadaan nifas ibu saat ini, apakah ibu mengalami demam atauperdarahan, apakah ibu menyusui bayinya

10)  Riwayat KB
Ditanyakan  apakah klien pernah  ikut KB  atau  tidak,  jenis atau metode  KB apa yang digunakan, berapa lama menggunakan menggunakan metode KB dari apakah klien mengalami efek samping akibat KB tersebut, bila iya, efek samping apa yang dialami, apa yang dilakukan klien terhadap efek samping tersebut, apa rencana KB klien setelah melahirkan

11)  Pola Kebiasaan Sehari-hari selama Hamil.
a.      Pola Nutrisi
Sebelum Hamil                    : Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja menunya, serta adakah tambahan makanan selain nasi.
Selama hamil                        : Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja menunya, serta adakah tambahan makanan selain nasi. Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamiladalah 300 kalori per hari, dengan komposisi menu seimbang (cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin, mineral, air)


b.      Pola Eliminasi
Sebelum hamil                      :
BAB                      :  Berapa kali sehari, warna tinjanya apa, konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak saat BAB, kalau adaapa keluhannya
BAK                     :  Frekuensi  BAK berapa kali dalam sehari, bagaimana warnanya.
Saat hamil                             :
BAB                      :  Berapa kali sehari, warna tinjanya apa, konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak saat BAB, kalau adaapa keluhannya.
BAK                     : Frekuensi BAK berapa kali dalam sehari,bagaimana warnanya.

c.       Pola Aktifitas
Sebelum hamil                     : Aktifitas apa saja yang bisa dikerjakan ibu sehari-hari.
Saat hamil                             : Aktifitas apa saja yang bisa dikerjakan ibu sehari-hariselama kehamilan inib.

d.      Pola Istirahat/Tidur
Sebelum hamil                    : Bagaimana pola kebiasaan istirahat ibu, baik siang maupun malam.
Saat hamil                             : Bagaimana pola kebiasaan istirahat ibu, baik siang maupun malam pada kehamilan ini.

e.       Pola Personal Hygiene
Saat hamil                             :  Bagaimana ibu menjaga hygiennya, ibu mandi berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali sehari, keramas berapa kali sehari
 
B.     Data Obyektif
1.      Pemeriksaan umum
a.    Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk badan, kesadaran.
b.    Adanya anemia, cynose, loterus atau dypnoe.
c.    Reflek terutama lutut.
d.        Tanda-tanda vital  :
TD                          : Tidak boleh mencapai 140/90 mmHg, perubahan 30 sistole dan 15 diastole diatas tekanan darah sebelum hamil menekankan  toxemia gravidarum.
Nadi                       : ± 80-100 x/menit.
Suhu                      :  36,5-37,5
RR                          :  16-20 x/menit.-
e.    Berat badan
Pada akhir kehamilan pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan yang berlebih, perlu diperkirakan adanya resiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau bayi besar.
f.     Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor  resiko untuk ibu hamil/bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan ibu memiliki panggul sempit.
g.    LILA
Lila kuramng dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang /buruk, ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
h.    Pemeriksaan laborat, meliputi : air kencing, darah dan feses
i.      Pemeriksaan Fisik
Inspeksi                             :
Kepala dan Wajah           : Meliputi keadaan rambut, apakah ada edema pada wajah , warna pada sklera  mata,warna konjungtiva.
Leher                                  : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan pembesaran vena jugularis.
Payudara                            : Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya, puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya  kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe.
 Abdomen                            : Terdapat linea nigra, striae uvidae/albican,dan terdapat pembesaran abdomene.
Genetalia                               : Apakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema, condilomatalata, condylomaacuminata,  pembesaran kelenjar skene dan bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi
Diagnosa Keperawatan

1.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2.      Ansiatas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3.      Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
Intervensi keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan
Rasional
TTD
Tujuan
Intervensi Keperawatan
1.
Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan intoleransi aktifitas teratasi dengan indikator:
1.      Klien mampu menunjukkan kemampuan berpindah
2.      Klien menunjukkan kemampuan ambulasi : berjalan/kursi roda
3.      Tidak terdapat adanya tanda dan gejala gangguan sirkulasi akibat aktifitas yang terbatas
1.      Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2.      Monitor lokasi ketidaknyamanan / nyeri selama gerakan atau aktifitas
3.      Kaji kemampuan pasien dalam aktifitas
4.      Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kebutuhan
5.      Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL
6.      Berikan alat bantu bila pasien membutuhkan
7.      Ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan bila diperlukan
1.    Mengetahui perubahan pola aktifitas yang terjadi pada pasien


2.  Mengetahui faktor penyebab intoleransi aktifitas dan menentukan intervensi dengan tepat
3.  Mengetahui sejauh mana batasan aktifitas pasien
4.  Mengoptimalkan kemampuan pasien dalam aktifitas


5.  Memberikan rasa aman pada pasien saat melakukan aktifitas dan meningkatkan rasa percaya diri pasien
6.  Menurunkan resiko terjadinya cidera
7.  Menghindari terjadinya cidera dan melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh




No
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan
Rasional
TTD
Tujuan
Intervensi Keperawatan
2.
Ansietas  b.d. perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, masalah keperawatan cemas teratasi dengan indikator:
1.    Klien menunjukkan kecemasan berkurang
2.    Secara verbal klien mengatakan cemas dapat teratasi pada level yang dapat ditangani oleh pasien sendiri
1.      Gunakan pendekatan yang menyenangkan


2.      Pahami perspektif pasien terhadap stress

3.      Temani pasien untuk memberikan kemanan

4.      Berikan informasi adekuat mengenai diagnosis, tindakan dan prognosis


5.      Dorong keluarga untuk menemani pasien


6.      Bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan

7.      Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
1.  Membina hubungan saling percaya guna mendapatkan informasi adekuat yang dibutuhkan perawat
2.  Penilaian seseorang terhadapt stres dan mekanisme kopingnya tidak selalu sama
3.  Faktor dukungan moral dapat membuat pasien merasa aman dan menurunkan kecemasan
4.  Informasi adekuat akan membuat pasien ikut berpartisipasi dalam tindakan keperawatan dan menurunkan tingkat kecemasan pasien
5.  Menghindari perilaku isolasi sosial karena faktor perubahan kondisi tubuh dan kesehatan dan meningkatkan rasa aman pasien
6.  Pengetahuan yang adekuat sehingga pasien mampu memilih mekanisme koping yang tepat terhadap stress
7.  Relaksasi pikiran menstimulasi rangsang saraf agar menjadi tenang dan rileks




No
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan
Rasional
TTD
Tujuan
Intervensi Keperawatan
3.
Risiko infeksi b.d prosedur pembedahan (kuretase)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan risiko infeksi  teratasi dengan indikator:
1.    Tidak didapatkan tanda terjadinya infeksi
2.    Tidak didapatkan fatigue kronis
3.    Temperatur badan sesuai yang diharapkan dengan interval 36,5C – 37,5C
1.      Bersihkan lingkungan atau alat-alat setelah dipakai oleh pasien
2.      Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menengok pasien
3.      Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

4.      Gunakan universal precaution / APD selama kontak dengan kulit yang luka
5.      Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
6.      Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan nyeri
7.      Kaji temperatur tiap 4 jam

8.      Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
9.      Anjurkan pasien istirahat adekuat

10.  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik
1.      Mencegah invasi bakteri di sekitar lingkungan pasien

2.     Mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial

3.     Mencegah terjadinya penyebaran bakteri baik bagi pasien maupun perawat
4.     Sebagai standar prosedur tindakan dan mencegah invasi bakteri
5.     Nutrisi adekuat meningkatkan kesembuhan luka lebih efektif
6.     Acuan intervensi dengan tepat bagi kondisi pasien dan mencegah keparahan infeksi
7.     Mengetahui pola normal metabolik
8.     Mencegah infeksi terjadi pada luka pada pasien
9.     Proses istirahat adekuat akan membantu proses regenerasi jaringan dalam tubuh
10. Tahap penanganan infeksi dan menurunkan risiko penyebaran infeksi



DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho    use. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Tidak ada komentar: