BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI BLIGHTED
OVUM
1. Pengertian
a.
Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong
kehamilan) dan air ketuban saja.
b.
Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana
kantung kehamilan berkembang di dalam rahim, namun kantung kosong dan tidak
mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti
berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan
Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.
c.
Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic"
terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, tetapi
embrio tidak berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan,
tetapi tidak embrio itu sendiri.
d.
Blighted ovum
adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur dibuahi di dalam rahim
tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau
tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal)
e. Blighted ovum
(anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke
dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk
kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blightedovum
biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentang
kehamilannya.
2. Etiologi
a. Kelainan
kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas seltelur
yang tidak bagus).
b. Blighted ovum
merupakan penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan biasanya merupakan akibat dari
masalah kromosom. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan
secara alami tidak mencoba untuk
melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang
sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel abnormal, atau kualitas
sperma yang buruk atau telur.
c. Infeksi dari
torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan
terjadinya blighted ovum.
d. Faktor usia semakain
tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted
ovum.
e. Meskipun
prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi,
dan sakit kencing manis/diabetes melitus
yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya
kehamilan kosong.
f. Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom
dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Tubuh ibu mengenali adanya
kromosom yang abnormal pada janin
dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel
yang abnormal, atau kualitas sperma atau
telur yang kurang baik. Infeksi TORCH dan streptokokus, penyakit kencing manis
(diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap
janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami
atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
3. Patogenensis
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap
dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas
telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak
berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim
lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada
indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil
konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut
akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim
dialami ibu hamil pada umumnya hal ini
disebabkan Plasenta menghasilkan hormone HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon
ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti
mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon
HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
4. Manifestasi Klinis
a.
Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada
tanda-tanda kelainan
b.
Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin
positif
c.
Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada
usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
d.
Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau
perdarahan bercak ringan.
e.
Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama
sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :
1)
Periode menstruasi terlambat
2)
Kram perut
3)
Minor vagina atau bercak perdarahan
4)
Tes kehamilan positif pada saat gejala
5)
Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana
muncul keluhan perdarahan
6)
Hampir sama dengan kehamilan normal
7)
Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat
kemerah-merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat)
8)
Tidak sengaja ditemukan dengan USG
5. Diagnosa
a. Anamnesis
(tanda - tanda kehamilan)
b. Pemeriksaan
fisik
c. Diagnosis
pasti dengan pemeriksaan penunjang (USG)
Diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia
6-7minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16
milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.
Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi
yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah
dan kantong kuning telur.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted
ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila
telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Karena gejalanya yang tidak spesifik,
makabiasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan
dimanamuncul keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar
seperti hamil,dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau
penyakit usus.
6. Penatalaksanaan
Jika telah di diagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi
penyebabnya . Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini
tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Lebih penting
adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses
ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan
dan dapat mencoba lagi. Tidak perlu menunggu sangat lama.Umumnya sel telur
blighted adalah kejadian acak dan kemungkinan pengulangan cukup kurang.
7. Pencegahan
a. Dalam banyak
kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan
tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan.
Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari
satu kali pada wanita.
b. Untuk mencegah
terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan
seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi
rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit
disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom
terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas
sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup
sehat.
B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Tanggal : tanggal dilakukan
Pengkajian Jam : jam dilakukan
Pengkajian Tempat : tempat dilakukan poengkajian
A.
Data
Subyektif
1)
Biodata
Nama Istri /
Suami : Untuk
mengetahui identitas.
Umur :
Untuk mengetahui umur pasien, menentukan konseling dan resiko.
Agama :
Untuk memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan dalam memberikan asuhan
Pendidikan :
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang digunakan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan
Pekerjaan
: Untuk menggetahui status ekonomi dan aktifitas ibu.
Alamat :
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien sehingga memudahkan kunjungan rumah.
2)
Keluhan Utama
Apa yang dikeluhkan pasien saat pengkajian :
·
Pada kasus blighted ovum kemungkinan mengalami kram
perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
·
Keluhan padaTrimester I :
Chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada kehamilan 12-14 minggu)
sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
3)
Riwayat
Kesehatan Dahulu
Untuk mengetahui apakah klien pernah atau tidak pernah menderita
penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (DM, HT, asma, dll)
serta serta penyakit infeksi seperti TORCH.
·
Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit
diabetes dapat ikutmenyebabkan terjadinya blighted ovum.
4)
Riwayat Kesehatan
Sekarang
Untuk mengetahui bagaimana keadaan
kesehatan klien saat ini, apakah klien
sedang menderita menular (seperti TBC, kusta),
penyakit menurun (jantung,
Diabetes,hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti TORCH.
·
Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit
diabetes dapat ikutmenyebabkan terjadinya blighted ovum.
5)
Riwayat
Kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya/ keluarga suaminya ada atau
tidak yang mempunyai penyakit menurun (seperti DM, HT, asma, dll),
penyakit menular(TBC, Kusta) serta ada atau tidak yang mempunyai keturunan
kembar, bila ada siapa. Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita
keluarga yang dapat menurunatau menular pada ibu sehingga mempengaruhi masa
kehamilan.
6)
Riwayat Pernikahan
Menikah : kali
Umur pertama menikah : tahun
Lama menikah
: tahun
Ditanyakan kawin berapa kali,
umur/ lama perkawinan, jarak perkawinan
dengan kehamilan, perkawinan pada
masyarakat pedesaan sering terjadi pada
usia muda,yaitu sekitar usia menarche resiko melahirkan BBLR sekitar 2 kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche
disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Semua ini akan menyebabkan kebanyakan
wanita di negara berkembang mempunyai TB yang pendek.
7)
Riwayat
Menstruasi
Ditanyakan kapan pertama kali
klien mendapat haid (menarche), apakah haidnya teratur atau tidak, berapa hari
siklus haidnya, berapa lama haidnya, berapa banyak darah haid yang keluar
selama haid, bagaimana warna darah haidnya, bagaimanabaunya dan konsistensinya.
Juga ditanyakan keluhan apa saja yang dialami klien saathaid. Apakah dismenorhoe,
bila ya, kapan : apakah klien saat haid, apakah dismenorhoe, bila ya, kapan :
apakah klien pernah mengalami flour albus, bila ya kapan, bagaimana warna flour
albus, apakah berbau atau gatal, bagaimana konsistensinya dan jumlahnya. Menarche
sekitar umur 13-16 tahun Siklus 28-30 hari Lama 3-5 hari Jumlah + 50 cc.
8)
Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
·
Untuk mengetahui adakah penyulit-penyulit yang menyertai
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kelainan pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu.
·
Riwayat kehamilan sebelumnya
ü Apakah ada
masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah caesar, persalinan
dengan ekstraksi vakum atau vorseps, induksi oksitosin, hipertensi yang
diinduksi oleh kehamilannya, preeklampsi/ eklampsia, perdarahan pasca
persalinan)?
ü Berapa berat
badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
ü Apakah ibu
mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/ persalinansebelumnya?
9)
Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas sekarang
·
Kehamilan
Apakah selama hamil ada penyakit yang menyertai kehamilan seperti
hipertensi, anemia , penyakit jantung, asma, TBC, kencing manis.adakah masalah yangdiderita ibu
selama hamil, misalnya hiperemesis gravidarum yang dapatmenyebabkan anemia.
Frekuensi ibu ANC ditangani oleh tenaga kesehatan, obat atau vitamin yang
dikonsumsi ibu saat hamil
·
Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada
usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
·
Persalinan
Ibu melahirkan tanggal dan jam berapa, pada usia kehamilan berapa,
dimana,ditolong oleh siapa, jenis kelamin anaknya, berat dan panjangnya,
spontan ataut indakan, anak lahir langsung menangis atau tidak, adakah penyulit
selama proses persalinan seperti inersia uteri, tetania uteri, perdarahan atau
KPD
· Nifas
Bagaimana
keadaan nifas ibu saat ini, apakah ibu mengalami demam atauperdarahan, apakah
ibu menyusui bayinya
10) Riwayat KB
Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB atau tidak, jenis
atau metode KB apa yang digunakan,
berapa lama menggunakan menggunakan metode KB dari apakah klien mengalami efek
samping akibat KB tersebut, bila iya, efek samping apa yang dialami, apa yang
dilakukan klien terhadap efek samping tersebut, apa rencana KB klien setelah
melahirkan
11) Pola Kebiasaan Sehari-hari selama Hamil.
a.
Pola Nutrisi
Sebelum Hamil :
Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja
menunya, serta adakah tambahan makanan selain nasi.
Selama hamil :
Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja
menunya, serta adakah tambahan makanan selain nasi. Jumlah tambahan kalori yang
dibutuhkan pada ibu hamiladalah 300 kalori per hari, dengan komposisi menu seimbang
(cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin, mineral, air)
b.
Pola Eliminasi
Sebelum hamil :
BAB : Berapa kali sehari, warna tinjanya apa,
konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak saat BAB, kalau adaapa
keluhannya
BAK : Frekuensi BAK berapa kali dalam sehari, bagaimana
warnanya.
Saat hamil
:
BAB : Berapa kali sehari, warna tinjanya apa,
konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak saat BAB, kalau adaapa
keluhannya.
BAK :
Frekuensi BAK berapa kali dalam sehari,bagaimana warnanya.
c.
Pola Aktifitas
Sebelum hamil
: Aktifitas apa saja yang bisa dikerjakan ibu sehari-hari.
Saat hamil : Aktifitas apa
saja yang bisa dikerjakan ibu sehari-hariselama kehamilan inib.
d.
Pola
Istirahat/Tidur
Sebelum hamil : Bagaimana pola kebiasaan
istirahat ibu, baik siang maupun malam.
Saat hamil : Bagaimana pola
kebiasaan istirahat ibu, baik siang maupun malam pada kehamilan ini.
e.
Pola Personal
Hygiene
Saat hamil : Bagaimana ibu menjaga hygiennya, ibu mandi
berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali sehari, keramas berapa kali sehari.
B.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Bagaimana
keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk badan, kesadaran.
b. Adanya anemia,
cynose, loterus atau dypnoe.
c. Reflek
terutama lutut.
d.
Tanda-tanda vital
:
TD :
Tidak boleh mencapai 140/90 mmHg, perubahan 30 sistole dan 15 diastole diatas tekanan
darah sebelum hamil menekankan toxemia
gravidarum.
Nadi :
± 80-100 x/menit.
Suhu :
36,5-37,5
RR : 16-20 x/menit.-
e.
Berat badan
Pada akhir
kehamilan pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan
yang berlebih, perlu diperkirakan adanya resiko bengkak, kehamilan kembar,
hidroamnion, atau bayi besar.
f.
Tinggi Badan
Tinggi badan
kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko
untuk ibu hamil/bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan ibu
memiliki panggul sempit.
g.
LILA
Lila kuramng
dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang /buruk, ibu beresiko untuk
melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
h.
Pemeriksaan laborat, meliputi : air kencing, darah dan
feses
i.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Kepala dan Wajah : Meliputi keadaan rambut, apakah ada
edema pada wajah , warna pada sklera mata,warna
konjungtiva.
Leher :
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan pembesaran
vena jugularis.
Payudara : Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya,
puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya
ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe.
Abdomen :
Terdapat linea nigra, striae uvidae/albican,dan terdapat pembesaran abdomene.
Genetalia : Apakah terdapat varices pada vulva
dan vagina, oedema, condilomatalata, condylomaacuminata, pembesaran kelenjar skene dan bartholini,
keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi
Diagnosa
Keperawatan
1. Intoleran aktivitas berhubungan
dengan kelemahan
2. Ansiatas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan
3. Risiko terjadi infeksi berhubungan
dengan tindakan kuretase
Intervensi keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
TTD
|
|
Tujuan
|
Intervensi
Keperawatan
|
||||
1.
|
Intoleransi aktifitas b.d.
kelemahan umum
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan intoleransi aktifitas
teratasi dengan indikator:
1. Klien mampu menunjukkan kemampuan
berpindah
2. Klien menunjukkan kemampuan
ambulasi : berjalan/kursi roda
3. Tidak terdapat adanya tanda dan
gejala gangguan sirkulasi akibat aktifitas yang terbatas
|
1.
Monitor
vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2.
Monitor
lokasi ketidaknyamanan / nyeri selama gerakan atau aktifitas
3.
Kaji
kemampuan pasien dalam aktifitas
4.
Latih
pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kebutuhan
5.
Dampingi
dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL
6.
Berikan
alat bantu bila pasien membutuhkan
7.
Ajarkan
bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan bila diperlukan
|
1.
Mengetahui
perubahan pola aktifitas yang terjadi pada pasien
2.
Mengetahui
faktor penyebab intoleransi aktifitas dan menentukan intervensi dengan tepat
3.
Mengetahui
sejauh mana batasan aktifitas pasien
4.
Mengoptimalkan
kemampuan pasien dalam aktifitas
5.
Memberikan
rasa aman pada pasien saat melakukan aktifitas dan meningkatkan rasa percaya
diri pasien
6.
Menurunkan
resiko terjadinya cidera
7.
Menghindari
terjadinya cidera dan melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh
|
|
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
TTD
|
|
Tujuan
|
Intervensi
Keperawatan
|
||||
2.
|
Ansietas b.d. perubahan status kesehatan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam, masalah keperawatan cemas teratasi dengan
indikator:
1. Klien menunjukkan kecemasan
berkurang
2. Secara verbal klien mengatakan
cemas dapat teratasi pada level yang dapat ditangani oleh pasien sendiri
|
1.
Gunakan
pendekatan yang menyenangkan
2.
Pahami
perspektif pasien terhadap stress
3.
Temani
pasien untuk memberikan kemanan
4.
Berikan
informasi adekuat mengenai diagnosis, tindakan dan prognosis
5.
Dorong
keluarga untuk menemani pasien
6.
Bantu
pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
7.
Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
|
1.
Membina
hubungan saling percaya guna mendapatkan informasi adekuat yang dibutuhkan
perawat
2.
Penilaian
seseorang terhadapt stres dan mekanisme kopingnya tidak selalu sama
3.
Faktor
dukungan moral dapat membuat pasien merasa aman dan menurunkan kecemasan
4.
Informasi
adekuat akan membuat pasien ikut berpartisipasi dalam tindakan keperawatan
dan menurunkan tingkat kecemasan pasien
5.
Menghindari
perilaku isolasi sosial karena faktor perubahan kondisi tubuh dan kesehatan
dan meningkatkan rasa aman pasien
6.
Pengetahuan
yang adekuat sehingga pasien mampu memilih mekanisme koping yang tepat
terhadap stress
7.
Relaksasi
pikiran menstimulasi rangsang saraf agar menjadi tenang dan rileks
|
|
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
TTD
|
|
Tujuan
|
Intervensi
Keperawatan
|
||||
3.
|
Risiko infeksi b.d prosedur
pembedahan (kuretase)
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan risiko infeksi teratasi dengan indikator:
1. Tidak didapatkan tanda terjadinya
infeksi
2. Tidak didapatkan fatigue kronis
3. Temperatur badan sesuai yang
diharapkan dengan interval 36,5⁰C – 37,5⁰C
|
1.
Bersihkan
lingkungan atau alat-alat setelah dipakai oleh pasien
2.
Instruksikan
pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menengok pasien
3.
Cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4.
Gunakan
universal precaution / APD selama kontak dengan kulit yang luka
5.
Tingkatkan
intake nutrisi dan cairan
6.
Observasi
dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan nyeri
7.
Kaji
temperatur tiap 4 jam
8.
Pastikan
teknik perawatan luka yang tepat
9.
Anjurkan
pasien istirahat adekuat
10.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antibiotik
|
1.
Mencegah
invasi bakteri di sekitar lingkungan pasien
2.
Mencegah
terjadinya penyebaran infeksi nosokomial
3.
Mencegah
terjadinya penyebaran bakteri baik bagi pasien maupun perawat
4.
Sebagai
standar prosedur tindakan dan mencegah invasi bakteri
5.
Nutrisi
adekuat meningkatkan kesembuhan luka lebih efektif
6.
Acuan
intervensi dengan tepat bagi kondisi pasien dan mencegah keparahan infeksi
7.
Mengetahui
pola normal metabolik
8.
Mencegah
infeksi terjadi pada luka pada pasien
9.
Proses
istirahat adekuat akan membantu proses regenerasi jaringan dalam tubuh
10.
Tahap
penanganan infeksi dan menurunkan risiko penyebaran infeksi
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances
Moorho use. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi
Edisi 2.
Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku
Ajaran
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: YBP-SP
Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita
Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas.
Jakarta : Salemba Medika